Senin, 04 Januari 2016

Laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan
Osteoarthritis

Disusun Oleh         :
Afita Naroyanti                (14001)



AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2015



       I.          KONSEP DASAR
A.    Pengertian
Osteoarthritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering mucul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih disering dijumpai pada usia 60 tahun.
Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative atau osteoartrosis (seklipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas), (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebabnya kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umum dan jenis kelamin menunjukan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon 1997).
Penyakit sendi degenerative (Osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD, 1997) atau gangguan pada sendi yang bergerak (Price & Wilson, 1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degenerative atau Osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) Osteoarthritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolism, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, 1999).

Osteoarthritis merupakan penyakit pada sendi-sendi penahan berat tubuh yang progresif, non-inflamasi, nonsistemik, dan kronis. Osteoarthritis prevalensinya lebih banyak terdapat pada orang dengan usia diatas 35 tahun, perempuan diatas 55 tahun serta sering ditemukan pada penduduk asli amerika. Meskipun sebabnya masih belum diketahui namun berikut ini adalah contoh yaitu akibat trauma atau penggunaan sendi khusus yang berlebihan dapat menyebabkan Osteoarthritis pada orang muda dan peroses petambahan usia kelihatannya juga merupakan factor penting yang terkain dengan penyakit ini. Factor resiko mencakup pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik yang berulang-ulang (seperti terdapat pada beberapa pekerjaan atau atletik tertentu), trauma, peradangan dan ketidakstabilan sendi, gangguan neurologis, dan kelainan bentuk tulang congenital atau dapatan.
Penyakit utama diturunkan secara autosomal resesif menyebabkan kesalahan dalam pembentukan jaringan ikat sendi, degenerasi, dan hipertrofi tulang atau pertumbuhana tulang berlebih dalam bentuk taji atau tonjolan tulang. Bagian-bagian tonjolan-tonjolan tulang ini atau kartilago yang remuk masuk kedalam cairan sinofial dan menyebabkan nyeri. Kartilago artikular akan terus memburuk, ujung tulang akan saling bergesekan satu dengan yang lainnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan membengkak menjadi gejala yang lebih banyak dialamioleh pasien.
            Jadi, Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi pinggul yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi lutut, berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti pertambahan pertumbuhan tepi tulang dan tulang rawan sendi lutut (osteofit) dan fibrosis pada kapsul sendi lutut. OA merupakan penyakit gangguan hemoestasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Dari beberapa penjelasan mengenai osteoarthritis Maka kelompok tertarik untuk mengambil tema makasih mengenai Osteoarthritis.







B.    Patopfisiologi
1.     Etiologi
a.      Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b.     Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena Osteoarthritis lutut dan sendi, dan laki-laki lebih sering terkena Osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi Osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi Osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari laki-laki hal ini menu jukan adanya peran hormonal pada pathogenesis Osteoarthritis
c.      Penguasaan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
d.     Kegemukan
Factor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopanh berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
e.      Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah  trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
f.      Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan wanita hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
g.     Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (atritis rematord, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi poleh membrane sinofial dan sel-sel radang. Pengobatan
h.     Joint malligment
Pada akronegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil atau seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
i.       Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak siffat fisik rawan sendi, ligament, tendo, sinofia, dan kulit. Pada diabetes mellitus, glukaosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
j.       Lefosit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsiam, firifosfat dapat mengendapakan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, krisrtal monosodium urat atau firofosfat dalam rawan sendi.
2.     Perjalanan penyakit
Seperti sendi-sendi besar, sendi pinggul sering terkena Osteoarthritis. Secara fisisologis, sendi pinggul mendapat beban pada saat melakukan mobilisasi. Pada beberapa keadaan, klien dengan cedera permukaan sendi, robekan meniscus, ketidakstabilan ligament atau demorfitas pinggul, mengalami peningkatan risiko gangguan hemoestasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago.







Deformasi sendi pinggul

nyeri

Kompresi saraf sendi pinggul

Peningkatan tekanan artikular sendi pinggul

Hambatan mobilitas risiko tinggi trauma

Kekauan sendi pinggul

Pembentukan osteofit pada sendi lutut

Kontraktur dan instabilitas ksendi pinggul

Pelunakan dan iregulasi sendi pinggul

Osteoarthritis pinggul

Perubahan membrane synovial pada sendi pinggul

Peningkatan vaskularisasi sendi pinggul

Kerusakan struktur prosteglikan kartilago sendi pinggul

Multifaktor yang menyebabkan terjadinya gangguan hemoestasis metabolisme kartilago pada sendi pinggul
t




Peningkatan beban sendi pinggul

Tindakan pembedahan artrodesis / artroplasti

Port de entree

Respons psikologis

Resiko tinggi infeksi

Ansietas
 



















Kartilago kepala femur dan perubahan degenerative asetubulum terjadi akibat pembebanan yang berlebihan. Oleh sebab itu jika varus berlangsung lama, perubahan sangat nyata pada perubahan kompartement medial. Tanda fibrilasi kartilago yang khas, sklerosis tulang subkondral,dan pembentukan osteofit subkondral, dan pembentukan osteofit perifer, biasanya timbul pada kasus yang parah, permukaan sendi dapat kehilangan kartilago sama sekali dan tulang yang mendasari pada akhirnya dapat remuk.



3.     Manifestasi Klinis
Rasa sakit, pembengkakan sendi dan kekakuan merupakan gejala yang paling banyak terjadi pada osteoarthritis. Rasa sakit biasanya digambarkan sebagai  rasa sakit yang berat saat mengangkat atau menahan beban. Rasa sakit tersebut akan membatasi mobilitas pasien. Kekakuan tersebut bersifat sementara hanya selama 15-30 menit. Pembengkakan sendi dan kelainan bentuk biasanya berasal dari perkembangannya nodus Hebeden (proliferasi tulang pada sendi interphalengal distal) dan nodus Bouchard (kelainan bebtuk yang sama pada persendian interphalangeal proximal). Dalam perkembangannya terjadi pengecilan oyot dan spasmus otot. Banyak pasien mengalami banyak sendi yang menderita sakit ini sehingga mengeluh nyeri yang menetap.
     II.          ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian 
Jika ada penyebab dasar osteoarthritis, pada pengkajian sering ditemukan pada klien berusia 30-an atau 40-an tahun, wanita biasanya lebih sering terkena dari pada pria, pinggul dapat menjadi satu-satunya sendi yang terkena dan sering dijumpai subluksasi lateral. Jika tidak ada penyeban dasar yang jelas, klien lebih sering berusia 60 atau 70-an tahun, kebanyakan wanita, dan daerah yang lain (lutut dan spinal) juga terkena.
Perubahan gaya berjalan, pada pengkajian look klien terlihat sedikit pincang yang diketahui secara dini, klien mengira kakinya menjadi lebih pendek, dan apabila berjalan terlihat lebih suka menggunakan alat bantu tongkat merupakan kondisi klinis yang sering ditemukan pada klien osteoarthritis sendi panggul.
1.     Pengkajian fokus (ESTI)
a.      Look
Nyeri lipat paha.Nyeri terasa pada lipat paha, tetapi dapat menjalar ke lutut.Secara khas nyeri ini terjadi setelah melakukan aktivitas, tetapi kemudian lebih menetap dan mengganggu tidur.Kekakuan pada mulanya diketahui terutama setelah istrahat, kemudian semakin lama semakin progresif hingga sulit untuk memakai kaos kaki dan sepatu.Pembesaran sendi pinggul (derfomitas). Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi lama, perubahan permukaan sendi, perubahan gaya berdiri, dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
b.     Feel
Tanda peradangan pada sendi pinggul (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dujumpai pada OA karena adanya synovitis.
c.      Move
Hambatan gerakan sendi pinggul.Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Gerakan akan terbatas meskipun sering tidak terasa nyeri dalam rentang yang terbatas, rotasi internal, abduksi, dan ekstensi biasanya terkena lebih dahulu dan paling parah.
2.     Pemeriksaan diagnostic
a.      Pemeriksaan laboratorium laju endap darah biasanya normal, kolesterol serum sedikit meninggi, dan pemeriksaan faktor reumatoid negative.
b.     Pemeriksaan sinar-x, dapat dilakukan setiap saat untuk memantau aktivitas dan progresivitas penyakit. Foto rensen yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan menyempitnya rongga sendi pinggul. Pemeriksaan sinar-x dapat pula menunjukkan abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal, dan osteopenia (mineralisasi tualang yang menurun). Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan foto polos. Gambaran yang khas pada foto polos:
a)     Penyempitan ruang sendi karena hilangnya tulang rawan sendi.
b)     Sklerosis tulang subkondral.
c)     Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral.
d)     Osteofit pada tepi sendi.
2.     Penatalaksanaan medis
a.      Konservatif :
a)     Obat  analgesic dan obat antiradang dapat bermanfaat, dan penghangatan terasa nyaman.
b)     Klien dianjurkan menggunakan tongkat dan memcoba mempertahankan kemampuan gerak dan stabilitas dengan latihan tanpa beban.
c)     Pada kasus dini, fisioterapi (termasuk manipulasi) dapat membebaskan nyeri untuk waktu yang lama. Aktifitas diatur supaya dapat mengurangi tekanan pada pinggul stabil.
b.     Apley (1995), indikasi untuk operasi :
a)     Semakin meningkatnya nyeri.
b)     Restrikasi aktivitas yang progresif.
c)     Deformitas yang  jelas.
d)     Semakin hilangnya gerakan ( terutama abduksi).
e)     Tanda –tanda destruksi sendi pada sinar-x.
Pada kasus biasa, yaitu klien berusia lebih dari 60 tahun dengan riwayat nyeri yang lama dan ketidakmampuan yang semakin meningkat, operasi yang dianjurkan adalah penggantian sendi total.Pada klien yang berusia antara 40 dan 60 tahun, operasi ini masih dapat menjadi operasi yang terbaik jika kerusakan sendi parah.Pada klien yang lebih muda, terutama yang kartilago artikularnya masih tersisa, asteotomi penyusunan ulang intertrokanterik dapat dipertimbangkan. Jika dilakukan secara dini, cara ini dapat menahan atau menunda destruksi kartilago lebih lanjut, dan jika terencana dengan baik, operasi ini tidak menghalangi artroplasti penggantian yang dilakukan belakangan.
B.    Diagnosa Keperawatan
Diangnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien osteoarthritis pinggul.meliputi:
1.     Nyeri yang berhubungan dengan respon inflamasi sendi pinggul kompresi saraf, kerusakan neuromuscular pasca-bedah.
2.     Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan ketidakmampuan menggerakkan sendi pinggul, penurunan kekuatan otot, pasca-antroplasti atau arthrodesis, dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3.     Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan ketidakmampuan menggerakan sendi pinggul sekunder akibat kerusakan kartilago sendi di lutut.
4.     Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah.
5.     Ansietas yang berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi sakit, perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.
C.    Intervensi Keperawatan
1.     Nyeri yang berhubungan dengan respon inflamasi local, kompresi saraf, penarikan ligament, dan kontraksi otot.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam, nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria: Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi
Mandiri:
a.      Kaji nyeri dengan skala 0-4
b.     Atur posisi imobilisasi dan pembebatan sendi lulut dengan perban elstistin.
c.      Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul.
d.     Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
e.      Kolaborasi: pemberian analgesik, anti inflamasi, dan sinar intra merah.
f.      Pembedahan artoplasti atau artodesis.
Rasional :
a.      Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
b.     Imobilasi yang adekuat dapat mengurangi penarikandan kontraksi otot yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada lutut.
c.      Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia.
d.     Distraksi (penglihatan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatkan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok resptor nyeri agar tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
e.      Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang. Anti inflamasi menurunkan respon peradangan. Penghangatan dapat meningkatkan vasodilatasi sehingga dapat menurunkan respon nyeri.
f.      Fugi pinggul dijamin dapat membebaskan nyeri dan memberikan stabilitas pada sendi pinggul. penggantian pinggul total dapat menghilangkan respons komresi saraf skiatika sehingga dapat menurunkan respons nyeri.
2.   Resiko tinggi yang berhubungan dengan cedera neuomuskular pasca-bedah arthrodesis, artroplasti, ketidaktahuan cara mobilisasi yang optimal.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam, resiko trauma tidakl terjadi.
Kriteria hasil: Klien mau berpatisipasi dalam pencegahan trauma.
Intervensi
Mandiri :
a.      Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.
b.     Gunakan pagar tempat tidur.
c.      Ajarkan mobilisasi dini.
d.     Lakukan perawatan luka pada pasca-bedah arthrodesis, artroplasti.
e.      Atur telapak kaki dalam posisi menghadap ke atas.
f.      Kolaborasi pemberian obat antibiotic pasca-bedah.
g.     Evaluasi tanda dan gejala perluasan cedera jaringan.
Rasional :
a.      Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak sekitarnya.
b.     Mencegah klien jatuh.
c.      Mobilisasi dini dilakukan pada hari kedua pasca-bedah. Klien dibantu untuk melakukan duduk dan melatih otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstremitas bawah. Pada hari ketiga, klien dibantu untuk berdiri dan berjalan dengan menggunakan alat bantu tongkat. Pada kondisi ini, perawat sebelumnya mempraktikkan teknik berjalan dengan tongkat dan tidak menggunakan ekstrimitas pada sisi yang sakit. Apabila klien susah lelah atau mengalami nyeri ringan, dilakuan periode istrahat.
d.     Perawatan luka steril dengan desifekasi iodin providum dapat menghapuskan area sekitar kawat dan dapat mengurangi infeksi.
e.      Menghindari resiko footdrop akibat kontraktur sendi yang selalu melakukan ekstensi.
f.      Antibiotic bersifat bakteriosida atau bakteriostatik untuk membunuh atau menghambat perkembangan kuman.
g.     Menilai perkembangan maslah klien.
3.     Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan kartilago sendi pinggul.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunujukan tindakan untuk menungkatkan mobilitas.
Intervensi
Mandiri :
a.      Kaji mobilitas yang ada dan obsevasi peningkatan teratur fungsi motoric.
b.     Atur posisi mobilisasi pada lulut.
c.      Beri alat bantu tongkat.
d.     Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Kolaborasi :
1)     Anti inflamasi.
2)     Sinar intramerah.
3)     Bedah ostetomi.
4)     Bedah arthrodesis.
5)     Bedah artrolasti.
Rasional:
a.      Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b.     Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada lulut.
c.      Alat bantu tongkat dapat membantu klien dalam melakukan mobilisasi.
d.     Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
Kolaborasi:
1)     Penurunan respon inflamasi dapat meningkatkan mobilisasi sendi pinggul.
2)     Penghangatan dengan sinar intramerah dapat menurunkan respons inflamasi dengan meningkatnya vaskularisasi pada sendi pinggul.
3)     Osteotomi penyetelan kembali sering berhasil dalam menyembuhkan gejala dan menghindari perlunya operasi tahap akhir. Indikasi idealnya adalah klien muda (kurang dari 50 tahun) dengan osteoartitis yang terbatas.
4)     Fusi pinggul dijamin dapat memberikan stabilitas pada sendi pinggul sehingga dapat meningkatkan mobilisasi sendi pinggul.
5)     Artroplasti penggantian diindikasiksn pada klien yang lebih tua dengan kerusakan sendi progresif. Penggantian pinggul total dapat menghilangkan respons kompresi saraf skiatika sehingga dapat menurukan respons nyeri.


























Daftar Pustaka
Arif Muttaqin. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001.Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Suntum. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
 Jakarta : EGC


1 komentar:

  1. Betting Odds | Betting Odds & Live Online Casino Sites
    Get the best betting odds and online luckyclub.live casino games with exciting markets, top odds, specials and live sports betting. Live Vegas sportsbook offers

    BalasHapus