Senin, 04 Januari 2016

Asuhan Keperawatan Appendiksitis

Asuhan Keperawatan pada
 Penyakit Appendiksitis Akut

Disusun Oleh :
Afita Naroyanti      (14001)






AKADEMI KEPERAWATAN HARUM
JAKARTA TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Appendiksitis Akut..
Saya mendapatkan Bimbingan dan Pengarahan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.     Ibu Rusmawati Sitorus,Spd.SKep, MA. selaku Direktur Keperawatan Harum Jakarta.
2.     Bapak Ns. Ragil Supriono,MKep. selaku Wali Kelas Tingkat Satu.
3.     Ibu Ari Susiani, MKep. selaku Koordinator dan dosen mata ajar Metodelogi Keperawatan.
4.     Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Appendiksitis Akut.
5.     Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan pada kami dalam rangka penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Appendiksitis Akut ini.
Saya menyadari dalam penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Appendiksitis Akut ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Dengan harapan kami, Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Appendiksitis Akut ini bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Jakarta,  Desember 2015

                                                                                                    Afita Naroyanti


Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.    Tujuan Penulisan................................................................................. 3
C.    Metode Penulisan................................................................................. 4
D.    Sistematika Penulisan........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian………….…......................................................................... 5
B.    Etiologi............................................................................................... 5
C.    Patofisiologis….…………………………………..……………………….... 6
D.    Penatalaksanaan Medis……………………………………………………… 7
E.     Pengkajian Keperawatan…...................................................................   8
F.     Diagnosa Keperawatan……………………………………………………..  10
G.    Perencenaan Keperawatan………………………………………………….. 11
H.    Pelaksanaan Keperawatan………………………………………………….. 17
I.       Evaluasi Keperawatan……………………………………………………… 18
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian Keperawatan….................................................................... 21
B.    Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 33
C.    Perencenaan Keperawatan..……………….………………………………..  34
D.    Pelaksanaan Keperawatan……………………………………………….....  34
E.     Intervensi Keperawatan…....................................................................  34

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................... 15
B.    Saran............................................................................................................... 16
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Appendiksitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak pada umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local. Gejala klasik appendiksitis ialah samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri versibel di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Appendiksitis merupakan bedah mayor yang paling sering terjadi, penyebab paling utama dari appendiksitis karena adanya obstruksi lumen yang biasanya disebabkan oleh fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat). Dengan terjadinya obstruksi lumen maka terjadi penyumbatan pengeluaran sekret mucus sehingga mengakibatkan pembengkakan infeksi, (Price, 2005. Hal: 448).

World Health Organization (WHO) menyebutkan insidensi appendiksitis di Asia dan Afrika pada tahun 2014  adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi, dan WHO juga memperkirakan insiden appendiksitis di dunia akan meningkat di tahun 2015 mencapai 7%. Dan dari tujuan persen penduduk yang menderita appendiksitis terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunya (Juliansyah, 2008).

Berdasarkan survey di 12 provinsi tahun 2008 menunjukan jumlah appendiksitis yang dirawat di Rumah Sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastic dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.236 orang. Di awal tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di Rumah Sakit akibat appendiksitis (ummualya, 2008), melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus appendiksitis yang tidak terlaporan.

Departemen Kesehatan menganggap appendicitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karenan mempunyai dampak besar para kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan catatan medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara dari Desember 2014 sampai dengan Juni 2015, pasien yang menjalani perawatan bedah di ruang perawatan lantai V blok C, sebanyak 1800 orang dengan jumlah keseluruhan DHF berjumlah 178 orang (9,9%), Appendiksitis berjumlah 74 orang (4,1%), Diabetes Mellitus berjumlah 62 orang (3,4%), Ca mamae berjumlah 55 orang (3,1%), Infeksi saluran kemih berjumlah 49 (2,7%), Celulitis berjumlah 16 orang (0,8), BPH berjumlah 6 orang (0,3%), lain-lain (76,5%).

Dengan demikian, resiko komplikasi yang timbul apabila appendiksitis tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan ganggren dan perforasi appendik yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi secara umum 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

Untuk meminimalisir komplikasi di atas perawat mempunyai peran penting dalam menanggulangani penykit appendiksitis yang meliputi empat aspek yaitu promotive, prefentif, kuratif, dan rehabilitative. Peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan yang bersifat Preventif (untuk mencegah infeksi antara lain tirah baring, diit, lingkungan menggunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan keperawatan), Promotif (memberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan dan menjaga pola makan dan istirahat yang cukup), Kuratif (mengatur diet sesuai kebutuhan tubuh yang cukup kalori dan protein serta memberikan obat-obatan untuk mengobati penyebab dasar), Rehabilitatif (dokter, perawat dan peran serta kelurga dalam perbaiki mobilisasi fisik dan perawatan diri yang optimal).

Berdasarkan masalah diatas maka diatas penulis terkait untuk membahas tentang bagaimana memberikan “ Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. M dengan Appendiksitis Akut di Ruangan Perawatan Lantai V blok C RSUD Koja Jakarta Utara” dengan pendekatan proses keperawatan.

B.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut:
1.     Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis Akut.
2.     Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah penulis dapat:
a.      Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengn Appendiksitis Akut.
b.     Mampu menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan Appendiksitis Akut.
c.      Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis Akut.
d.     Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis Akut.
e.      Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Appendiksitis Akut.
f.      Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus nyata pada klien dengan Appendiksitis Akut.
g.     Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi dalam memecahan masalah.
h.     Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis Akut.

C.    Ruang Lingkup
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi lingkup bahasanya pada satu kasus yaitu suhan keperawatan klien Ny. M dengan Appendiksitis Akut di Ruangan Perwatan Lantai V blok C blok C kamar 521 Rumah Sakit Daerah Koja Jakarta Utara yang dilaksanakan dari tanggal 01 Desember 2015 sampai dengan 03 Desember 2015.

D.    Metode Penulisan
Metode dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi kepustakan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelolah satu klien yang mengalami appendiksitis akut secara langsung, lalu menerapkan asuhan keperawatan yang sudah penulis melaui studi kepustakaan dengan memperlajari buku-buku keperawatan dan medis untuk mendapatkan keterangan dan dasar-dasar teoritis yang berhubungan dengan penyakit Appendiksitis Akut.

E.    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menguraikan kedalam beberapa bab yaitu: BAB I Pendahuluaan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Selanjutnya BAB II Tujuan teori meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (proses, manisfestasi klinik, komplikasi), penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Kemudian BAB III Tinjauan kasus yang mengupas tentang asuhan keperawatan pada Ny. M dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dan Bab terakhir yaitu BAB Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian
Appendiks adalah ujung jari seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal (Smeltzer, 2002. Hal: 1097). Menurut Black J.M (2014. Hal: 171) Apendisitis adalah peradangan appendiks vermiform yang terjadi sebagai besar pada remaja dan dewasa muda, karena struktur yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi. Sementara menurut Smeltzer S. C (2011. Hal: 57) bahwa Appendiks adalah umbai kecil menyerupai jari yang menempel pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Karena pengosongan isi appendiks ke dalam kolom tidak efektif dan ukuran lumenya kecil, appendiks mudah tersumbat dan rentan terinfeksi atau disebut appendiksitis. Selain itu juga, menurut Price S. A (2003. Hal: 448) bahwa appendiksitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Walapun apendiksitis terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Appendiksitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut (Arif Mansjoer, 2000)

B.    Etiologi
Appendiksitis dapat disebabkan hal berikut:
1.     Fekalit (batu feces) yang mengoklusi lumen apensiks
2.     Apendiks yang terpuntir
3.     Pembengkakan dinding usus
4.     Kondisi fibrosa di dinding usus
5.     Oklusi eksternal usus akibat adesi
6.     Infeksi organisme.


C.    Patofisiologis
1.     Proses Perjalan Penyakit
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (masa keras feces), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadrant kanan bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus, (Smeltzer and bare, 2002. Hal: 1097)
2.     Manifestasi Klinis
a.      Nyeri di kuadran kanan bawah, biasanya disertai dengan demam ringan, mual, dan terkadang muntah, kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi dapat terjadi.
b.     Pada titik Mc Bruney (terletak di pertengahan antara umbilicus dan spina anterior ilium), terasa nyeri tekan lokal dan kekauan pada bagian bawah otot rektus kanan.
c.      Nyeri pantul/lepas dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan nyeri tekan, spasme otot, dan adanya diare atau konstipasi.
d.     Tanda Rovsing (muncul dengan mempalpasi kuadran kiri bawah, yang anehnya menyebabkan nyeri kuadran kanan bawah).
e.     Jika appendiks pecah, nyeri menjadi lebih baik menyebar abdomen menjadi terdistensi akibat ileus paralitik, dan kondisi memburuk. (Smeltzer C. Susan, 2002. Hal: 57)
3.     Komplikasi
Komplikasi utama dari appendiks adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi mencapai 10% sampai 32%. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinu, (Smeltzer and Bare, 2002. Hal: 1099)

D.    Penatalaksanaan Medis
Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) diindikasikan apabila diagnosis appendiksitis telag ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi resiko perforasi, berikan antibiotic dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan, agens analgesic dapat diberikan setelah diagnosis ditegakan, (Smeltzer C. Susan, 2002. Hal: 58)
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegaera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
a.      Pra Operatif
Perawat menyiapkan pasien untuk pembedahan. Infus intravena digunakan untuk meningkatkan fugsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang telah hilang. Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi antibiotic dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Apabila terdapat bukti atau kemungkinan terjadi ileus paralitik, selang nasogastric dapat dipasang. Enema tidak diberikan, karena dapat menimbulkan perforasi.
b.     Pasca Operasi
Setelah operasi, pasien ditempatkan pada posis semi-Fowler. Posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, yang membantu mengurangi nyeri. Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syock, hipertermia, atau gangguan perbatasan. Berikan analgetik narkotik sesuai program salah satunya Opioid biasanya sulfat morfin, diberikan untuk menghilangkan nyeri. Berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi, diberikan makanan yang disukai pasien pada hari pembedahan (jika dapat ditoleransi). Jika pasien dehidrasi sebelum pembedahan, berikan cairan intravena. Makanan dapat diberikan sesuai keinginan pada hari pembedahan bila dapat ditoleransi, (Smeltzer S. C, 2001. Hal: 1100)

E.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual secara komprehensif agar di peroleh data tentang pasien. Data di dapat dari pasien, keluarga dan dari cacatan yang telah ada, yang di peroleh dari hasil wawancara, observasi langsung maupun secara medis, (Dinarti, dkk. 2009. Hal: 79).
Menurut Doenges (2002, Hal: 508), data yang mungkin di perlukan pada klien dengan appendiksitis adalah sebagai berikut:
1.     Data dasar pengkajian pasien (Pra Operasi), meliputi
identitas klien yang meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, rumah sakit dan diagnose medis. Riwayat penyakit, awal gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul nyeri secara bertahap atau mendadak di bagian perut kanan bawah, riwayat penyakit terlebih dahulu meliputi, penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakan, riwayat di rumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
Kebiasan sehari-hari seperti pola nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene dan lain-lain.
a.      Aktivitas/istirahat
Gejala: Malaise.
b.     Sirkulasi
Tanda: Takikardia.
c.      Eliminasi
Gejala: Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang).
Tanda: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekuatan, penurunan atau tak ada bising usus.
d.     Makanan/cairan
Gejala: Anoreksi, mual/muntah.
e.      Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik MC Burney (setelah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karenan berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti diduga perforasi atau infark pada apendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal ayau sebelah ureter).
Tanda: Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posis duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
f.      Keanaman
Tanda: Demam (biasanya rendah)
g.     Pernapasan
Tanda: Takipnea, pernapasan dangkal.
2.     Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer (2001, Hal: 1099) bahwa diagnostic didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium, USG dan sinar-X. hitung darah lengkap dan dilakukan dan akan menunjukkan destensi kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terokalisasi.
Sementara menurut Doenges (2002, Hal: 509) bahwa pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan apendiksitis antara lain: pemeriksaan Leukositosis dengan hasil diatas 12.000/mm³, neutrophil meningkat sampai 75%, hasil urinalisasi: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada, sementara foto abdomen didapatkan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisir.


F.     Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang ditemukan pada penyakit Appendiksitis Menurut Doenges M. E, dkk. (Hal: 509. 2002)
Pre Operasi Appendiksitis:
1.     Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamsi gastrointestinal.
2.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
3.     Cemas berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau inflamsi.
4.     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pascaoperasi (contoh puasa), status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan), inflamasi peritoneum dengan cacing asing.
5.     Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Post Operasi Appediksitis:
1.     Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka, pendarahan.
2.     Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasive.
3.     Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
4.     Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.


G.   Perencanaan Keperawatan
Pre Operasi
1.     Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
Tujuan                   :  Hipertermia dapat teratasi
Kriteria Hasil        : Suhu tubuh dalam batas normal 36°C-37°C, klien
                                tidak mengigil, badan tidak teraba hangat
Rencana Tindakan:
Mandiri:
a.      Kaji saat timbulnya demam
Rasional          :  Mengetahui intensitas keparahan penyakit
b.     Observasi tanda-tanda vital
Rasional          :  Mengetahui keadaan klien
c.      Anjurkan klien untuk banyak minum, paling sedikit 1500 cc
Rasional          :  Untuk memenuhi kebutuhan cairan sehingga suhu
                           tubuh terkontrol
d.     Berikan kompres air biasa pada daerah dahi atau axilla
Rasional          :  Agar suhu tubuh kembali normal
e.      Anjurkan klien tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
Rasional          :  Membantu dalam proses pengembalian suhu rubuh

Kolaborasi:
f.      Berikan terapi cairan intravena atau terapi antipiretik sesuai indikasi
Rasional          :  Membantu menurunkan suhu tubuh serta proses
                           penyembuhan.
2.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamsi, adanya insisi bedah.

Tujuan                   :  Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil        :  Wajah tampak rileks dan tidak meringis kesakitan,   
                              tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan dalam batas   normal, mampu tidur/istirahat dengan tepat, melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Rencana Tindakan:
a.      Kaji nyeri, cacat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10), selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional          :  Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
                           kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
                           karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
                           abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik
                           dan intervena.
b.     Pertahankan istirahat dengan posisi semi-Fowler
Rasional          :  Gravitas melokalisasi eksudat inflamasi dalam
                           abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan
                           tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
                           terlentang.
c.      Dorong ambulasi dini
Rasional          :   Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
                            merangsang peristaltic dan kelancaran flatus,
                            menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
d.     Berikan aktivitas hiburan
Rasional          :   Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi,
                            dan dapat meningkatkan kemampuan koping
e.      Berikan analgesic sesuai indikasi
Rasional          :   Meningkatkan nyeri mempermudahkan kerja sama
                           dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi,
                           batuk.
3.     Cemas berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau inflamasi.
Tujuan                   :   Cemas tidak ada/tidak terjadi selama dalam
                                  perawatan
Kriteria Hasil        :   Klien tidak tampak cemas dan akut
Rencana Tindakan:
a.      Berikan pendidikan kesehatan tantang berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan
Rasional          :  Ketakutan dan cemas dapat terjadi karena nyeri hebat,
                           meningkatkan perasaaan sakit, penting pada prosedur
                           prosedur diagnostic dan kemungkinan pembedahan.
b.     Berikan pendidikan kesehatan tentang jenis pemeriksaan yang akan dilakukan sebelum pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan dan kemungkinan pengobatan setelah bedah
Rasional          :  Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan
                           menurunkan ketakutan dan rasa cemas.
4.     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pascaoperasi (contoh puasa), status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan), inflamasi peritoneum dengan cairan asing.
Tujuan                   :   Volume cairan adekuat
Kriteria Hasil        :   Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan
                                  oleh kelembaban membrane mukosa. Tugor kulit
                                  baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual
                                  haluaran urine adekuat.
Rencana tindakan :
a.      Awasi tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan nadi
Rasional          :   Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
                            volume intravaskuler
b.     Lihat membrane mukosa: kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional          :   Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
                            seluler
c.      Awasi masukan dan haluaran: catat warna urine/konsentrasi, berat jenis.
Rasional          :   Penurunan haluaran urine pekat dengan diduga
                            dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
d.     Auskultasi bising usus, catat haluaran platus, gerakan usus.
Rasional          :   Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk
                            Pemasukanrikan  per oral
e.      Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Rasional          :   Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meninimal
                           kan kehilangan cairan
f.      Berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional          :  Peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan
                           menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat
                           menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan
                           hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi
                           ketidakseimbangan elektrolit.
5.     Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan                   :   Klien paham proses penyakit dan pengobatan.
Kriterian Hasil      :   Pasien mengatakan pemahaman proses penyakit dan
                                  dan potensial komplikasi, berpartisipasi dalam
                                  program pengobatan.

Rencana Tindakan:
a.      Kajsi ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi, contoh mengangkat berat, olahraga, dan latihan fisik lainya.
Rasional          :   Memberikan informasi pada pasien untuk
                            merencanakan kembali rutinitas bisa tanpa
                            menimbulkan masalah.
b.     Dorong aktivitas sesuai toleransi
Rasional          :   Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan
                            dan perasaan sehat, dan mempermudahkan kembali
                            ke aktivitas normal.
c.      Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat.
Rasional          :   Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan
                            Program terapi.
Post Operasi
1.     Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka, pendarahan.
Tujuan                   :   Nyeri teratasi/hilang
Kriteria Hasil        :   Wajah tampak rileks, skala nyeri 0, meningkatkan
                                  proses penyembuhan luka.
Rencana Tindakan:
a.      Tingkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka dan memperbaiki asuhan makanan yang tinggi protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan intergritas dinding kapiler.
b.     Ajarkan teknik relaksasi dengan cara latihan nafas yakni Tarik nafas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian hembusan atau dapat pula dilakukan dengan cara menarik nafas melalui hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
2.     Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan
Tujuan                   :   Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil        :   Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
                                  seperti rubor, tumor, dolor, kolor, fungsileosa
Rencana Tindakan:
a.      Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatkannya nyeri abdomen.
Rasional          :   Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
                            peritonitis.
b.     Lakukan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drein (bila dimasukan), adanya eritema.
Rasional          :    Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
                             dan/atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang
                             telah sebelumnya.
c.      Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional          :    Mungkin diberikan secara profilatik atau
                             Menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang
     telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
     penyebaran dab pertumbuhan pada rongga abdomen.
3.     Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi fisik sekunder terhadap pembedahan
Tujuan                   :   Kurang perawatan tubuh tidak ada
Kriteria Hasil        :   Tanda-tanda kurang perawatan diri tidak ada

Recana Tindakan:
a.      Berikan bantuan klien sesuai kebutuhannya
b.     Memberikan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya
c.      Letakan bel di tempat yang mudah dijangkau.
4.     Resiko terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.
Tujuan                   :    Kerusakan tidak terjadi
Kriteria Hasil        :    Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri saat
                                   pasien pulang.

Rencana Tindakan:
a.      Ajarkan dan biarkan pasien merawat luka jika penggantian verban perlu dilakukan dirumah
b.     Pastikan pasien mempunyai persendian yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik
c.      Instruksikan pasien untuk memberikan tahukan dokter jika terjadi infeksi luka, seperti kemerahan, nyeri tekan, dan demam
d.     Instuksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari mengangkat beban berat.

H.    Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Tarwoto, 2012. Hal: 87). Tahapan pelaksanaan terdiri dari:
1.     Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
a.      Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap penrencanaan
b.     Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan
c.      Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul
d.     Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
e.      Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang dilakukan
f.      Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari potensial tindakan.
2.     Intervensi
Intervensi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosial. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan meliputi:
a.      Independen
Tindakan keperawatan independent adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainya.
b.     Interdependen
Interdependen tindakan keperawatan menjelaksan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainya, misalnya: tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
c.      Dependent
Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana medis.
3.     Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap dalam proses keperawatan.

I.      Evaluasi Keperawatan
1.     Pengerian
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Tarwoto, 2012. Hal: 76).
2.     Tujuan Evaluasi
Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, perawat dapat mengambil keputusan berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan yakni:
a.      Meyakini rencana tindakan keperawatan (klien tujuan yang ditetapkan)
b.     Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien menemui kesulitan untuk mencapai tujuan)
3.     Proses Evaluasi
a.      Mengukur pencapaian tujuan
b.     Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (penentuaan keputusan pada tahap evaluasi) pada tahap ini ada 3 kemungkinan keputusan yakni:
1)     Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan
2)     Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan
3)     Klien tidak dapa mencapai hasil yang telah di tentukan ada dua komponen untuk mengevaluasi kwalitas tindakan keperawatan yaitu:
(a)   Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi hasil adalah aktivitas dari proses keperawatan dan kuantitas pelayanan tindakan keperawatan sistem penulisan pada tahap evaluasi ini dapat menggunakan sistem SOAP atau model dokumentasi lainnya.
(b)  Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan. Tipe ini dilaksanakan secara paripurna pada akhir tindakan keperawatan, sumatife evaluasi adalah objektif, fleksibel dan efisien.
Perawatan dalam evaluasi untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai oleh klien setelah mendapatkan tindakan atau asuhan keperawatan. Evaluasi yang dapat digunakan yaitu evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif evaluasi yang dilakukan pada akhir dari seluruh proses asuhan keperawatan yang diberikan dan dilakukan secara terus menerus dengan menilai respon terhadap tindakan yang dilakukan.
Secara umum evaluasi pada klien dengan appendiksitis akut baik pre operasi maupun post operasi, diantaranya:
a.      Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi
b.     Nyeri berkurang atau dapat terkontrol
c.      Infeksi tidak terjadi
d.     Cemas tidak ada selama dalam perawatan
e.      Kekeruangan volume cairan dapat terpenuhi
f.      Klien paham terhadap proses penyakit dan pengobatan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian Keperawatan
Penulis melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 01 Desember 2015 pukul 10.00 WIB. Klien masuk tanggal 25 November 2015 jam 15.45 WIB di Ruang Perawatan lantai V Blok B kelas III Ruangan No. 512. No Register 1505270982 dengan Diagnosa Medis Appendiksitis Akut.
1.     Identitas Akut
Klien bernama Ny. M dengan jenis kelamin perempuan, saat ini klien berusia 51 tahun dan sudah menikah. Klien beragama Islam, dengan suku bangsa Jawa. Pendidikan terakhir klien SLTA, dengan Bahasa sehari-hari klien yaitu menggunakan Bahasa Indonesia saat ini klien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Klien bertempat tinggi di Kompleks Dewa Kembar Rt 002/01 Semper Barat, klien mengatakan biaya selama perawatan adalah bersumber dari BPJS PBI sedangkan sumber informasi dari klien dan suami.
2.     Resume
Ny. M berumur 51 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Koja pada tanggal 25 November 2015 dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan bawah Dokter mendiagnosakan klien dengan Appendiksitis. Pada tanggal 26 dipindahkan ke ruang inap lantai V Blok B kamar 512, setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. M awal masuk ke ruang perawatan yaitu, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri mendadak dan menyebar, klien mengatakan mual,klien mengatakan nyeri pada perut bagian sebelah kanan, klien mengatakan pusing, klien mengatakan badannya terasa lemas, klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi, klien mengatakan skala nyeri 7, klien terlihat pucat, konjungtiva klien anemis. Tanda- tanda vital klien TD 180/90 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37,7 °C , BB klien saat ini 71 kg, klien terpasang infus NaCL 500 cc dengan 20 tetes/ menit. Dari data di atas masalah keperawatan yang muncul adalah :
a.      Gangguan rasa nyaman nyeri
b.     Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
c.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan keperawatan yang sudah di lakukan secara mandiri atau kolaborasi adalah  menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam, mengkaji tanda-tanda vital, menimbang berat badan, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik yaitu ketorolac 3x30 mg, candisantron 1x10 mg, metronidazole 3x100 mg.
3.     Riwayat Keperawatan
a.      Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: nyeri perut kanan bagian bawah dan menyebar, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Sementara faktor pencetus yaitu saat bekerja dan beraktifitas dengan timbulnya mendadak. Lamanya keluhan sudah sekitar 3 minggu yang lalu, dan upaya klien untuk mengatasi dengan pergi berobat ke Rumah Sakit.
b.     Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu hipertensi. Klien tidak mempunyai riwayat alergi, selain itu juga klien mempunyai riwayat pemakaian obat yaitu obat jantung.








c.      Riwayat kesehatan keluarga

51 th
 

















Keterangan:
           
                                    = Laki-laki



                                    = Perempuan


                                    = Klien
 



                                    = Meninggal

                                    = Menikah
                                    = Tinggal satu rumah
                                               
                                    = Keturunan



Klien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal. Ayahnya meninggal karena faktor usia, dan sakit yang sudah lama dirasakan yaitu maag. Sementara ibunya meninggal karena serangan jantung. Klien juga mengatakan ibunnya mempunyai riwayat hipertensi. Klien mengatakan dalam keluarganya mempunyai lima saudara, dank lien adalah anak pertama. Sementara anak kedua berumur 49 tahun, anak ketiga sudah meninggal karena sakit. Saudara yang keempat laki-laki berumur 44 tahun, dan yang kelima perempuan berumur 42 tahun. Klien mengatakan mempunyai satu anak laki-laki, tetapi sudah meninggal pada umur 15 tahun karena kecelakaan.
d.     Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada, namun klien mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi 2006.
e.      Riwayat psikososial dan spiritual
Klien mengatakan orang terdekat dengan klien saat ini adalah suami klien. Saat ini, pola komunikasi dalam keluarga berjalin baik, dengan pembuat keputusan dalam keluarga adalah suami klien. Klien mengatakan tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Namun dampak dari penyakit terhadap keluarga yaitu merasa cemas. Sementara masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah kondisi kesehatan klien mengakibatkan klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Mekanisme koping terhadap masalah yang digunakan adalah pemecahan masalah dengan cara tidur dan cari pertolongan. Sementara persepsi klien terhadap penyakit saat ini klien memikirkan tidak bekerja lagi, dengan harapan setelah mengalani pengobatan adalah cepet sembuh, dan perubahan yang dirasakan setelah sakit adalah klien menjadi sadar akan pentingnya kesehatan. Klien mengatakan tidak ada sistem nilai kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan, dan aktivitas agama atau kepercayaan yang dilakukan sholat dan berdoa. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan tidak ada.
f.      Pola kebiasaan sehari-hari di Rumah dan di Rumah Sakit
1)     Pola nutrisi
Frekuensi makan dirumah 3x sehari, nafus makan baik, porsi makanan yang dihabiskan 1 porsi makanan, makanan yang tidak disukai tidak ada, klien tidak ada alergi makanan dan tidak ada makanan pantangan, klien tidak minum obat penambah nafsu makan dan tidak menggunakan alat bantu makan. Selama dirumah sakit frekuensi makan klien 3x sehari, nafsu makan kurang, porsi makan yang dihabiskan 1/3 porsi makan, makanan yang tidak disukai tidak ada, klien tidak ada alergi makanan, dan tidak ada makanan pantangan, klien mendapatkan diet nasi bubur/TKTP, klien tidak minum obat sebelum makan dank lien tidak menggunakan alat bantu makan.
2)     Pola eliminasi
(a)   BAK
Pola eliminasi BAK sebelum klien masuk Rumah Sakit 6-7 kali sehari warna jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan klien tidak menggunakan alat bantu BAK. Pola eliminasi setelah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK 6-7 kali sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK (kateter, dan lain-lain).
(b)  BAB
Setelah eliminasi BAB klien sebelum masuk Rumah Sakit klien BAB 1-2 kali sehari, dan selama di Rumah Sakit klien BAB 2 kali, klien mengeluh nyeri perut.
3)     Pola personal hygiene
Kebiasaan klien sebelum masuk Rumah Sakit mandi 2 kali sehari waktunya pagi dan malam hari menggunakan sabun mandi, oral hygiene 2 kali sehari pada waktu pagi dan malam, klien mencuci rambut 3 kali dalam seminggu menggunakan shampoo. Sedangakan selama di Rumah Sakit klien mandi 1 kali sehari waktunya sore hari menggunakan sabun, oral hygiene 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, klien mencuci rambut 1 kali seminggu.
4)      Pola istirahat dan tidur
Sebelum klien masuk Rumah Sakit klien tidur siang 2-3 jam sehari, lama tidur malam adalah kurang lebih 8-9 jam, dan kebiasan  sebelum tidur adalah nonton TV dan membaca doa sebelum tidur. Sedangkan selama di Rumah Sakit, klien tidur siang kurang lebih 2 jam, tidur malam 7-8 jam, dan kebiasan sebelum tidur adalah berdoa sebelum tidur.
5)     Pola aktivitas dan latihan
Sebelum klien masuk Rumah Sakit kegiatan klien dalam sehari-hari adalah klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, klien juga berolah raga dengan jalan pagi dan gerak-gerak badan, klien mengatakan mengeluh nyeri di daerah perut saat beraktifitas, tetapi setelah di Rumah Sakit klien mengatakan mengalami sedikit kesulitan beraktivitas karena nyeri pada perut kanan bawah dan pemasangan pada tangan kanannya.
6)     Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan seperti klien tidak merokok, tidak meminum-minuman keras dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang/NAPZA.
4.     Pengkajian Fisik
a.      Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 73 kg, berat badan  saat ini 71 kg, tinggi badan 156 cm, keadaan umum sedang, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b.     Sistem penglihatan
Posis mata simestris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata nomal, konjungtiva anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca mata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap silau.
c.      Sistem pendengaran
Daun telinga klien normal, tidak ada serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai alat bantu dengar.
d.     Sistem warna
Tidak ada kelainan
e.      Sistem pernapasan
Tidak ada sumbatan pada jalan nafas klien, pernapasan tidak sesak, tidak menggunakan alat bantu nafas, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dalam, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, palpasi dada tidak ada kelainan, perkusi dada tidak ada kelainan, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak memakai alat bantu nafas.
f.      Sistem kardiovaskuler
Pada sirkulasi perifer nadi 80x/menit, irama teratur, denyutan kuat, tekanan darah 150/90 mmHg, tidak ada distensi vena jugalaris kiri maupun kanan, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema. Sementara pada sirkulasi jantung kecepatan denyut apical 102x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan jantung, dan tidak sakit dada.
g.     Sistem hematologi
Gangguan hematologi klien pucat, tidak ada perdarahan
h.     Sistem syaraf pusat
Tidak ada keluhan kepala pusing, tingkat kesadaran compos mentis, nilai Glasgow coma scale (GCS) E: 4, M: 6, V; 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakarnial, tidak ada gangguan system persyarafan. Reflek fisiologis normal, tidak ada reflek patologis.
i.       Sistem pencernaan
Keadaan mulut: terdapat caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, klien tidak muntah, klien mengatakan nyeri diperut, lokasi nyeri di perut bagian kanan bawah dan nyerinya menyebar, krakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, bising usus 14x/ menit, tidak ada diare, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen teraba distensi dibagian kanan.
j.       Sistem endokrin
Saat di lakukan pemeriksaan fisik tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton.
k.     Sistem urogenital
Balance cairan: intake 2300 cc/24 jam (BAK 6-7 kali/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc. pola perkemihan tidak lampias, warna kuning jernih, klien mengatakan sakit pinggang, skala nyeri 7.
l.       Sistem integument
Tugor kulit baik dan elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, kondisi kulit pemasangan infus baik tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut tekstur baik, rambut bersih.
m.   Sistem muskuloskletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena pemasangan infus di tangan sebelah kanan, tidak ada nyeri sendi maupun nyeri kulit, klien tidak mengalami fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot normal, dengan kekuatan otot
        5555 5555
        5555 5555
n.     Data penunjang
Pada tanggal 26 november 2015 didapatkan hasil laboratorium:
Hematologi: Hematologi: 10,8 g/dl (12,5-16,0), leukosit: 13,80 ribu u/l (4.000-10,50 ribu), hematrokit: 31,7% (37,0-47,0), trombosit: 190.000 (182-369 ribu), albumin 2,13 gr/dl (2,50-5,20), globulin 3,68 gr/dl (1,3-2,7). Kimia klinik/eloktrolit: natrium: 139 mEq/l (135-147), kalium: 3,4 mEq (3,5-5,0), klorida: 99 mEq (96-108), ureum: 28,0 mg/dl (16,6-48,5), kreatinin 1,51 mg/dl (0,51-0,95).
Urine lengkap: warna: kuning (kuning jernih), berat jenis: 1,20 (1,002-1,035), protein: +3 (negatif).
o.     Pentalaksanaan
Therapy infus: Nacl 1500 cc/24 jam
Therapy injeksi:
Candisantron 1x10 mg
Metronidazole 3x100 mg
Ketorolac 3x30 mg
Diet yang didapat klien: TKTP
Data Fokus
Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan bawah, nyeri menyebar ke pinggang, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan skala nyeri 7, klien mengatakan nyeri muncul mendadak dan menyebar, klien mengatakan mual, klien mengatakan badan lemas, klien mengatakan dari semalam kurang nafsu makan, klien mengatakan berat badan klien sebelum masuk 73 kg, klien mengatakan  mempunyai riwayat hipertensi sejak tahun 2006, klien mengatakan riwayat hipertensi dari ibu, klien mengatakan tekanan darah saat masuk Rumah Sakit 180/70 mmHg, klien mengatakan mempunyai riwayat minum obat jantung atau darah tinggi, klien mengatakan sering control ke dokter mengenai penyakit hipertensi, klien mengatakan minum dan menghabiskan 1800 cc sehari, klien mengatakan BAK 6-7 kali sehari, klien mengatakan BAB dua kali sehar.
Data Objektif:
Kondisi umum klien sedang, wajah klien terlihat menahan rasa sakit saat dilakukan palpasi pada perut bagian kanan bawah, nyeri tekan pada bagian kanan bawah, klien terlihat pucat, klien terlihat gelisah, abdomen teraba adanya distensi, bising usus 14 kali/menit, klien terlihat lemas, makan pagi klien terlihat dihabiskan, tekanan darah klien 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37,5°C, denyut apical 102x/menit. Hasil Lab tanggal 26 November 2015, didapatkan hasil laboratorium: hematologi: hemoglobin: 10,8 g/dl (12,5-16,0), leukosit: 13,80 ribu u/l (4.000-10,50 ribu), hematrokit: 31,7% (37,0-47,0), trombosit: 190.000 (182-369 ribu), albumin 2,13 gr/dl (2,50-5,0). Kimia klinik/elektrolit: natrium: 139 mEq/l (135-147), kalium: 3,4 mEq (3,5-5,0), klorida: 99 mEq (96-108), ureum: 28,0 mg/dl (16,6-48,5), kreatinin 1,51 mg/dl (0,51-0,95)
Analisa Data
No
Data
Masalah
Etiologi
1.
Data Subjektif:
1.     Klien mengatakan nyeri pada kanan bawah
2.     Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang
3.     Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
4.     Klien mengatakan skala nyeri 7
5.     Klien mengatakan merasakan nyeri dating mendadak.
Data Objektif:
1.     Wajah klien terlihat menahan kesakitan saat dilakukan palpasi pada abdomen kanan bawah
2.     Adanya nyeri tekan dan lepas pada perut kanan bawah
3.     Skala nyeri 7
4.     Nadi 80x/menit
5.     Hasil Lab: leukosit: 13,80 ribu u/l (4.000-10,50 ribu)

Gangguan rasa nyaman: nyeri
Distensi jaringan usus oleh inflamasi
2.
Data Subjektif:
1.     Klien mengatakan mengatakan merasa mual
2.     Klien mengatakan BAK 6-7 kali sehari, dan BAB 2 kali
3.     Klien mengatakan minum dan menghabiskan air mineral 800 cc.
Data Objektif:
1.     Klien teraba hangat
2.     Kulit klien elstis
3.     Pengisian kapiler 2 detik
4.     Balance cairan: intake 2300 cc/24 jam (oral 800 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam (BAK 6-7 kali/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc
5.     Hasil Lab:
Kalium 3,4 mEq (3,5-5,0)
Urine lengkap: protein: + 3 (negatif)
Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
Diuresis osmotic
3.
Data Subjetif:
1.     Klien mengatakan mual
2.     Klien mengatakan badan lemas
3.     Klien mengatakan dari semalam kurang nafsu makan
4.     Klien mengatakan BB sebelum masuk 73 kg
Data Objektif:
1.     Kondisi umum klien sedang
2.     Klien terlihat lemas
3.     Klien terlihat pucat
4.     Klien terlihat menghabiskan 1/3 porsi makan
5.     BB/TB klien saat ini 73 kg/156 cm
6.     Hemoglobin: 10,8 g/dl (12,5-16,0)
7.     Urine lengkap: protein +3
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Intake yang tidak adekuat

B.    Diagnosa Keperawatan
1.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
2.     Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan dieresis osmosik.
3.     Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

C.    Pencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Keperawatan
1.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus inflamasi, ditandai dengan.
Data Subjektif           :  Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah
                                      klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang
                                      klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
                                      klien mengatakan skala nyeri
                                      klien mengatakan merasakan nyeri datang
                                     mendadak.
Data Objektif             :  Wajah klien terlihat menahan kesakitan saat
                                      dilakukan palpasi            pada abdomen kanan bawah
                                      adanya nyeri tekan dan lepas pada perut kanan
                                      skala nyeri 7
                                     TTV klien: tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/
                                     menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37,5°C
Hasil Lab: leukosit: 13,80 ribu u/l (4.000-10,50 ribu)
Tujuan              :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
                              jam diharapkan masalah nyeri teratasi
Kriteria Hasil   :   Skala nyeri 1-4, ekspresi wajah tenang, nyeri hilang,
                              tanda-tanda vital dalam batas normal terutama nadi dan                        suhu (80x/menit, suhu: 36,5-37°C)
Rencana Tindakan:
Mandiri:
a.      Kaji ketidaknyamanan yang kemungkinan terjadi selain distensi usus
b.     Kaji adanya rasa nyeri (skala, karakteristik, dan lokasi)
c.      Kaji tanda-tanda vital klien, perhatikan adanya takikardia, hipertensi dan peningkatan pernapasan
d.     Dorong klien menggunakan teknik relaksasi, misalnya Tarik napas dalam, dan bombing imajinasi
e.      Evaluasi rasa nyeri (skala, karakteristik, lokasi)
Kolaborasi:
f.      Berikan obat analgesic (ketorolac 3x30 mg) melalui intravena
Pelaksanaan
Tanggal 01 Desember 2015
Pukul 08.00 WIB mengkaji adanya rasa nyeri (skala, karakteristik, dan lokasi), hasil: skala nyeri 7, karakteristik seperti ditusuk-tusuk, lokasinya pada daerah perut kanan bawah, intestitas nyeri menyebar, mengakaji ketidaknyamanan yang kemungkinan terjadi selain distensi usus, hasil: klien mengatakan merasa nyeri akibat adanya distensi usus. Pukul 08.45 WIB mengkaji tanda-tanda vital klien, hasil: tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C. pukul 09.15 WIB mendorong klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam, hasil: klien mempraktekan oleh perawat. Pukul 10.00 WIB mengevaluasi rasa sakit, skala dan karakteristik, hasil: nyeri seperti ditusuk-tusuk nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan, dan skala nyeri 6 dengan intensitas ringan. Pukul 11.20 WIB memberikan obat penurun rasa nyeri/analgesic sesuai indikasi, hasil: klien mendapatkan terapi obat ketorolac 3x30 mg, dan metronidazole 3x100 mg.
Tanggal 02 Desember 2015
Pukul 08.15 WIB mengkaji tanda-tanda vital klien, hasil: tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. pukul 08.30 WIB mengkaji adanya rasa nyeri (skala, karakteristik, dan lokasi), hasil: skala nyeri 6, karakteristik seperti ditusuk-tusuk, lokasinya pada daerah perut kanan bawah, intensitas nyeri menyebar, mengkaji ketidaknyamanan yang kemungkinan terjadi selain distensi usus, hasil: klien mengatakan merasa nyeri akibat adanya distensi usus. Pukul 09.30 WIB mendorong klien melakukan teknik reaksasi Tarik nafas dalam yang diajarkan oleh perawat. Pukul 11.00 WIB mengevaluasi rasa sakit, skala dan karakteristik, hasil: nyeri seperti ditusuk-tusuk nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan, dan skala nyeri 6 dengan intensitas ringan. Pukul 12.00 WIB memberikan obat penurun rasa nyeri/analgesic sesuai indikasi, hasil: klien mendapatkan terapi obat ketorolac 3x30 mg, dan metronidazole 3x100 mg.
Tanggal 03 Desember 2015
Pukul 08.15 WIB mengkaji tanda-tanda vital klien, hasil: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. pukul 08.30 WIB mengkaji adanya rasa nyeri (skala, karakteristik, dan lokasi), hasil: skala nyeri 6, karakteristik seperti ditusuk-tusuk, lokasinya pada daerah perut kana bawah, intenstitas nyeri menyebar, mengkaji ketidaknyamanan yang kemungkinan terjadi selain distensi usus, hasil: klien mengatakan merasa nyeri akibat adanya distensi usus. Pukul 09.45 WIB mendorong klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam, hasil: klien mempraktekan dan melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam yang diajarkan oleh perawat. Pukul 11.00 WIB mengevaluasi rasa sakit, skala dan karakteristik, hasil: nyeri seperti ditusuk-tusuk nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan, dan skala nyeri 6 dengan intesitas ringan. Pukul 12.00 WIB memberikan obat penurun rasa nyeri/analgesic sesuai indikasi, hasil: klien mendapatkan terapi obat ketorolac 3x30 mg, dan metronidazole 3x100 mg.
Evaluasi
Tanggal 01 Desember 2015, pukul 13.45 WIB
S            :  Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah kanan masih
                 terasa, klien mengatakan nyeri saat ditekan, klien mengatakan
                 skala nyeri 6
O           :  Klien terlihat menahan sakit, skala nyeri 6, adanya nyeri tekan
                  pada daerah abdomen bagian kana bawah, klien sudah
                  diberikan terapi analgesic yaitu ketorolac 3x30 mg pada pukul
                  12.00 WIB, dan metronidazole 3x100 mg pada pukul 12.00
                   WIB
A           :  Tujuan belum tercapai, masalah nyeri belum teratasi
P            :  Lanjutkan intervensi keperawatan 1,2,3,4,5,6
Tanggal 02 Desember 2015, Pukul 13.30 WIB
S            :  Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah perut
kanan bawah, klien mengatakan skala nyeri 6, klien mengatakan nyeri saat di tekan, klien mengatakan hari ini melakukan pemeriksaan colon in loop.
O           :  Klien terlihat pucat, kesadaran klien composmentis, skala nyeri
6, adanya nyeri tekan saat palpasi pada daerah perut kanan bawah, hasil pemeriksaan colon in loop belum ada.
A           :  Tujuan tercapai sebagian, masalah nyeri belum teratasi
P            :  Lanjutkan intervensi keperawatan 2,3,6.
Tanggal 03 Desember 2015
S            :  Klien mengatakan nyeri pada perut kanan masih terasa, klien
mengatakan skala nyeri 5, klien mengatakan belum tahu hasil pemeriksaan colon in loop
O           :  Klien terlihat pucat, klien terlihat menahan sakit, skala nyeri 5,
Adanya nyeri tekan pada abdomen bagian kanan bawah, hasil pemeriksaan colon in loop bahwa klien didiagnosa appendiksitis akut, klien sudah diberikan terapi analgesic ketorolac 3x30 mg.
A           :  Tujuan tercapai sebagian, masalah nyeri belum teratasi
P            :  Intervensi  keperawatan didelegasikan kepada perawat ruangan
pasien direncanakan operasi pada tanggal 05 Desember 2015.
2.     Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan dieresis osmotic, ditandai dengan
Data Subjektif           :  Klien mengatakan merasa mual, klien mengatakan
BAK 6-7 kali sehari, BAB 2 kali sehari, klien mengatakan minum dan menghabiskan air mineral 800 cc sehari.
Data Objektif             :  Keadaan umum klien sedang, kesadaran klien
Composmentis, klien teraba hangat, kulit klien ealasti, pengisian kapiler 2 detik, balance cairan: intake 2300 cc/24 jam (oral 800 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam, (BAK 6-7 KALI/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc. Hasil Lab: kalium 3,4 mEq (3,5-5,0) urine lengkap: protein: +3 (negatif)
Tujuan                       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam kepada Ny. M diharapkan masalah ketidakseimbangan volume cairan teratasi
Kriteria Hasil            :  Terjadinya peningkatan asupan cairan minimal
2000 ml/hari, mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal (1,002-1,035), kadar elektrolit dalam batas normal/dapat ditoleransi terutama kalium (3,5-5,0 mEq), tanda-tanda vital dalam batas normal terutama tekanan darah (120/80 mmHg), nadi perifer teraba, tugor kulit dan pengisian kapiler baik
Rencana Tindakan   :
a.      Pantau tanda-tanda vital, cacat adanya perubahan tekanan darah
b.     Kaji suhu, warna kulit, atau kelembabannya
c.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit dan membrane
d.     Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
e.      Ukur BB setiap hari
f.      Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/ hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
g.     Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual muntah, nyeri abdomen
Kolaborasi:
h.     Pantau pemeriksaan laboratorium seperti hematrokit, kreatinin, natrium dan kalium
i.       Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan seperti NaCl 1500 cc/24 jam
Pelaksanaan
Tanggal 01 Desember 2015
Pukul 08.20 WIB, memantau TTV klien, catat adanya perubahan tekanan darah. Hasil: tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37,5°C. Pukul 08.30 WIB, mengkaji nadi perifer, pengisian kapiler, dan tugor kulit. Hasil: pengisian kapiler 2 detik, tugor kulit elastis, mengkaji suhu, warna kulit, atau kelembabannya. Hasil: suhu tubuh 37,5°C, kulit terlihat pucat, dan kulit teraba lembab. Pukul 09.00 WIB, mengkaji masukan dan pengeluaran. Hasil: intake 2300 cc/24 jam ( oral 800 cc/parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam (BAK 6-7 KALI/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc mengukur BB setiap hari. Hasil: BB klien saat ini 71 kg. Pukul 09.25 WIB, memantau pemeriksaan laboratorium seperti hematrokit, kreatinin, natrium dan kalium serta berat jenis urine. Hasil: hematrokit: 31,7% (37,0-47,0), natrium: 139 mEq/l (135-147), kalium: 3,4 mEq (3,5-5,0), kreantinin 1,51 mg/dl (0,51-0,95), urine lengkap: warna: kuning (kuning jernih), berat jenis: 1,20 (1,002-1,035)
Tanggal 02 Desember 2015
Pukul 08.15 WIB, memantau TTV klien, catat adanya perubahan tekanan darah. Hasil: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. Pukul 08.30 WIB, mengkaji nadi perifer, pengisian kapiler, dan turgor kulit. Hasil: pengisian kapiler 2 detik, turgor kulit elastis, mengkaji masukan dan pengeluaran. Hasil: intake 2300 cc/24 jam (oral 800 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam (BAK 6-7 kali/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc, mencatat hal-hal yang dilaporkan seperti mual muntah, nyeri abdomen. Hasil: klien mengatakan merasakan mual, dan merasakan nyeri pada perutnya.
Tanggal 03 Desember 2015
Pukul 08.15 WIB, memantau TTV klien, catat adanya perubahan tekanan darah. Hasil: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. Pukul 09.00 WIB, mencatat hal-hal yang dilaporkan seperti mual muntah, nyeri abdomen. Hasil: klien mengatakan merasakan mual dan merasakan nyeri pada perut bagian kanan, mengkaji masukan dan pengeluaran. Hasil: intake 2400 cc/24 jam (oral 900 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2430 cc/24 jam (BAK 7 kali/1400 cc, BAB 200 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc. Pukul 10.00 WIB mengukur BB setiap hari. Hasil: BB klien saat ini 71 kg. Memantau pemeriksaan laboratorium seperti hematrokit, kreatinin, natrium dan kalium serta berat jenis urine. Hasil: hematrokit: 31,7% (37,0-47,0), natrium: 139 mEq/l (135-147), kalium: 3,4 mEq (3,5-5,0), kreantinin 1,51 mg/dl (0,51-0,95), urine lengkap: warna: kuning (kuning jernih), berat jenis: 1,20 (1,002-1,035)
Evaluasi
Tanggal 01 Desember 2015, pukul 13.35 WIB
S            :  Klien mengatakan mual, klien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan bawah, klien mengatakan BAK 6x sehari, klien mengatakan BAB 1 kali, klien mengatakan minum 3 botol sedang/1800 cc
O           :  Klien terlihat pucat, klien terlihat menghabiskan air mineral
3 botol sedang, turgor kulit klien elastis, kulit klien lembab, tanda-tanda vital klien: tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C, balance cairan klien intake 2300 cc/24 jam (oral 800 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam (BAK 6-7 kali/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam), sisa balance -30
A           :  Tujuan belum tercapai, masalah keperawatan belum teratasi
P            :  Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,8,9
Tanggal 02 Desember 2015, Pukul 14.00 WIB
S            :  Klien mengatakan merasakan mual, klien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah, klien mengatakan BAK sudah 6x sehari BAB 2 kali, klien mengatakan sudah menghabiskan air mineral 3 botol sedang
O           :  Klien terlihat pucat, turgor kulit elastis dan lembab, tanda-tanda
vital klien, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. Intake 200 cc/24 jam (oral 800 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2330 cc/24 jam (BAK 6-7 kali/1200 cc, BAB 300 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc
A           :  Tujuan tercapai sebagaian masalah keperawatan belum teratasi
P            :  Lanjutkan intervensi keperawatan 1,3,4,5,8
Tanggal 03 Desember 2015, Pukul 13.50 WIB
S            :  Klien mengatakan merasakan mual, klien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah, klien mengatakan hari ini BAK sudah 6 kali, BAB 2 kali, klien mengatakan banyak minum dan mengahabiskan 3 botol sedang air mineral
O           :  Klien terlihat pucat, tugor kulit elastis dan lembab, tanda-tanda
vital klien, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C. intake 2400 cc/24 jam (oral 900 cc parenteral 1500 cc/24 jam), output 2430 cc/24 jam (BAK 7 kali/1400 cc, BAB 200 cc, IWL 830 cc/24 jam) sisa balance -30 cc, BB klien saat ini 71 kg. Hasil: hematrokit: 31,7% (37,0-47,0), natrium: 139 mEq/l (135-147), kalium: 3,4 mEq (3,5-5,0), kreantinin 1,51 mg/dl (0,51-0,95), urine lengkap: warna: kuning (kuning jernih), berat jenis: 1,20 (1,002-1,035)
A           :  Tujuan tercapai sebagian, masalah keperawatan belum teratasi
P            :  Intervensi keperawatan didelegasikan kepada perawat ruangan,
pasien direncananakan operasi pada tanggal 05 Desember 2015. Observasi hasil Lab elektrolit dan pemeriksaan urine tanggal 03 Desember 2015
3.     Resiko perubahan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ditandai dengan
Data Subjektif           :   Klien mengatakan mual, klien mengatakan badan
lemas, klien mengatakan dari semalam kurang nafsu makan, klien mengatakan BB sebelum masuk 71 kg
Data Objektif             :  Kondisi umum klien sedang, klien terlihat lemas,
klien terlihat pucat, klien terlihat tidak menghabiskan makan pagi, BB klien saat ini 71 kg.
Tujuan                       :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
 3x24 jam kepada Ny. M diharapkan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil          : Nafsu makan klien bertambah, klien menghabiskan
1 porsi makan, konjungtiva ananemis, wajah klien terlihat segar, klien tidak lemes lagi, tidak ada mual dan muntah, dan nilai laboratorium normal albumin (4.0-5.2 gr/dl), globulin (1,3-2,67 gr/dl), hemoglobin (11,2-15)
Rencana Tindakan
Mandiri:
a.      Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
b.     Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum dicerna
c.      Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural
d.     Anjurkan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Kolaborasi:
e.      Pantau hasil laboratorium hemoglobin, albumin, globulin, dan protein total
f.      Berikan diet TKTP dengan 1900 kal
Pelaksanaan
Tanggal 01 Desember 2015
Pukul 08.30 WIB mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum dicerna. Hasil: bising usus klien 12 kali/menit, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan merasakan mual. Pukul 08.45 WIB mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural. Hasil: klien mengatakan lebih mensukai makan yang di beli diluar, mengajurkan klien makan sedikit tapi sering. Hasil: klien mengatakan makan sedikit tapi sering. Hasil: memberikan obat anti mual. Hasil: memantau hasil laboraturium: urine lengkap: berat jenis 1,020 (1,002-1,035), protein + 3 (negatif)
Tanggal 02 Desember 2015
Pukul 08.40 WIB mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum dicerna. Hasil: bising usus klien 12 kali/menit, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan merasakan mual. Pukul 09.00 WIB mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural. Hasil: klien mengatakan lebih mensukai makan yang di beli diluar, mengajurkan klien makan sedikit tapi sering. Hasil: klien mengatakan makan sedikit tapi sering. Hasil: memberikan obat anti mual. Hasil: memantau hasil laboraturium: urine lengkap: berat jenis 1,020 (1,002-1,035), protein + 3 (negatif)
Tanggal 03 Desember 2015
Pukul 08.30 WIB mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum dicerna. Hasil: bising usus klien 12 kali/menit, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan merasakan mual. Pukul 11.00 WIB mengidentifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural. Hasil: klien mengatakan lebih mensukai makan yang di beli diluar, mengajurkan klien makan sedikit tapi sering. Hasil: klien mengatakan makan sedikit tapi sering. Hasil: memberikan obat anti mual. Hasil: memantau hasil laboraturium: urine lengkap: berat jenis 1,020 (1,002-1,035), protein + 3 (negatif)
Evaluasi
Tanggal 01 Desember 2015, Pukul 13.45 WIB
S          :  Klien mengatakan masih merasa mual, klien mengatakan
dari semalam kurang nafsu makan
O         :  Klien terlihat pucat, klien terlihat lemas, klien terlihat tidak
mengahabiskan makanannya diatas meja, bising usus klien 12x/menit. Memantau hasil laboraturium. Hasil: urine: berat jenis 1,020 (1,020-1,035), protein +3 (negatif), klien mendapatkan diet TKTP 1900 kal
A         :  Tujuan belum tercapai, masalah resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P          :  Lanjutkan intervensi keperawatan 2,4,5,6,7,8,9
Tanggal 02 Desember 2015, 13.45 WIB
S          :  Klien mengatakan masih merasa mual, Klien mengatakan nafsu
makan berkurang.
O         :  Klien terlihat pucat, klien terlihat lemas, klien terlihat tidak
mengahabiskan makanannya diatas meja, bising usus klien 12x/menit. Memantau hasil laboraturium. Hasil: urine: berat jenis 1,020 (1,020-1,035), protein +3 (negatif), klien mendapatkan diet TKTP 1900 kal
A         :  Tujuan belum tercapai, masalah resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P          : Lanjutkan intervensi keperawatan 2,4,5,6,7,8,9
Tanggal 03 Desembern 2015, Pukul 14.00 WIB
S          : Klien mengatakan masih merasa mual, Klien mengatakan nafsu
makan berkurang.
O         : Klien terlihat pucat, klien terlihat lemas, klien terlihat tidak
mengahabiskan makanannya diatas meja, bising usus klien 12x/menit. Memantau hasil laboraturium. Hasil: urine: berat jenis 1,020 (1,020-1,035), protein +3 (negatif), klien mendapatkan diet TKTP 1900 kal
A         :  Tujuan belum tercapai, masalah resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P          :  Intervensi keperawatan didelegasikan kepada perawat ruangan,
pasien direncanakan operasi pada tanggal 05 Desember 2015. 

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Appendiks adalah ujung jari seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal (Smeltzer, 2002. Hal: 1097). Menurut Black J.M (2014. Hal: 171) Apendisitis adalah peradangan appendiks vermiform yang terjadi sebagai besar pada remaja dan dewasa muda, karena struktur yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi.

Jika Appendiksitis tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan komplikasi utama yaitu perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses.

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual secara komprehensif agar di peroleh data tentang pasien. Data di dapat dari pasien, keluarga dan dari cacatan yang telah ada, yang di peroleh dari hasil wawancara, observasi langsung maupun secara medis, (Dinarti, dkk. 2009. Hal: 79).

Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien appendiksitis adalah : hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamsi gastrointestinal, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, cemas berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau inflamsi, resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pascaoperasi (contoh puasa), status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan), inflamasi peritoneum dengan cacing asing, kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah informasi, tidak mengenal sumber informasi.

B.    Saran
Diharapkan dengan terselesainya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Appendiksitis Akut. Dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya tenaga kesehatan agar dapat mengerti pemberian Asuhan Keperawatan Appendiksitis Akut dan dapat mengaplikasikannya.

Daftar Pustaka
Black, J. M, et.al. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi kedelapan Buku 2 Elsevier. Jakarta:  Salemba Medika.
Doenges, M. E, et.al. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A dan Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.
Price, A dan S. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6, volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi keduabelas. Jakarta: EGC.




                                



                                         
                                  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar