Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan
Osteoarthritis
Disusun
Oleh :
Afita
Naroyanti (14001)
AKADEMI
KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN
2015
I.
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Osteoarthritis
adalah penyakit peradangan sendi yang sering mucul pada usia lanjut. Jarang
dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih disering dijumpai pada usia 60
tahun.
Osteoarthritis
yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative atau osteoartrosis (seklipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas), (Smeltzer, C Suzanne, 2002
hal 1087).
Osteoarthritis
merupakan golongan rematik sebagai penyebabnya kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang
ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di
atas 60 tahun. Faktor umum dan jenis kelamin menunjukan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon 1997).
Penyakit
sendi degenerative (Osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD, 1997)
atau gangguan pada sendi yang bergerak (Price & Wilson, 1995).
Osteoarthritis
yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degenerative atau Osteoarthritis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Sedangkan
menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) Osteoarthritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakan, terutama
sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub
kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi
perubahan biokimia, metabolism, fisiologis dan patologis secara serentak pada
jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk
persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, 1999).
Osteoarthritis merupakan penyakit
pada sendi-sendi penahan berat tubuh yang progresif, non-inflamasi,
nonsistemik, dan kronis. Osteoarthritis prevalensinya lebih banyak terdapat
pada orang dengan usia diatas 35 tahun, perempuan diatas 55 tahun serta sering
ditemukan pada penduduk asli amerika. Meskipun sebabnya masih belum diketahui
namun berikut ini adalah contoh yaitu akibat trauma atau penggunaan sendi
khusus yang berlebihan dapat menyebabkan Osteoarthritis pada orang muda dan
peroses petambahan usia kelihatannya juga merupakan factor penting yang terkain
dengan penyakit ini. Factor resiko mencakup pekerjaan yang membutuhkan
aktifitas fisik yang berulang-ulang (seperti terdapat pada beberapa pekerjaan
atau atletik tertentu), trauma, peradangan dan ketidakstabilan sendi, gangguan
neurologis, dan kelainan bentuk tulang congenital atau dapatan.
Penyakit utama diturunkan secara
autosomal resesif menyebabkan kesalahan dalam pembentukan jaringan ikat sendi,
degenerasi, dan hipertrofi tulang atau pertumbuhana tulang berlebih dalam
bentuk taji atau tonjolan tulang. Bagian-bagian tonjolan-tonjolan tulang ini
atau kartilago yang remuk masuk kedalam cairan sinofial dan menyebabkan nyeri.
Kartilago artikular akan terus memburuk, ujung tulang akan saling bergesekan
satu dengan yang lainnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan membengkak
menjadi gejala yang lebih banyak dialamioleh pasien.
Jadi, Osteoarthritis
(OA) adalah gangguan sendi pinggul yang bersifat kronis disertai kerusakan
tulang dan sendi lutut, berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti pertambahan pertumbuhan tepi tulang dan tulang rawan sendi lutut
(osteofit) dan fibrosis pada kapsul sendi lutut. OA merupakan penyakit gangguan
hemoestasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Dari beberapa penjelasan mengenai
osteoarthritis Maka kelompok tertarik untuk mengambil tema makasih mengenai
Osteoarthritis.
B.
Patopfisiologi
1.
Etiologi
a.
Umur
Perubahan
fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
b.
Jenis kelamin
Wanita
lebih sering terkena Osteoarthritis lutut dan sendi, dan laki-laki lebih sering
terkena Osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi Osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan
wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi Osteoarthritis lebih banyak pada wanita
dari laki-laki hal ini menu jukan adanya peran hormonal pada pathogenesis
Osteoarthritis
c.
Penguasaan
Pemakaian
sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
d.
Kegemukan
Factor
kegemukan akan menambah beban pada sendi penopanh berat badan, sebaliknya nyeri
atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
e.
Trauma
Kegiatan
fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada
integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
f.
Keturunan
Heberden
node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan wanita hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
g.
Akibat penyakit
radang sendi lain
Infeksi
(atritis rematord, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi poleh membrane sinofial dan
sel-sel radang. Pengobatan
h.
Joint
malligment
Pada
akronegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal
akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil atau seimbang sehingga mempercepat
proses degenerasi.
i.
Penyakit
Endokrin
Pada
hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak siffat fisik rawan
sendi, ligament, tendo, sinofia, dan kulit. Pada diabetes mellitus, glukaosa
akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
j.
Lefosit pada
rawan sendi
Hemokromatosis,
penyakit Wilson, akronotis, kalsiam, firifosfat dapat mengendapakan
hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, krisrtal monosodium urat atau
firofosfat dalam rawan sendi.
2.
Perjalanan
penyakit
Seperti
sendi-sendi besar, sendi pinggul sering terkena Osteoarthritis. Secara
fisisologis, sendi pinggul mendapat beban pada saat melakukan mobilisasi. Pada
beberapa keadaan, klien dengan cedera permukaan sendi, robekan meniscus,
ketidakstabilan ligament atau demorfitas pinggul, mengalami peningkatan risiko
gangguan hemoestasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago.
Deformasi sendi pinggul
|
nyeri
|
Kompresi
saraf sendi pinggul
|
Peningkatan
tekanan artikular sendi pinggul
|
Hambatan
mobilitas risiko tinggi trauma
|
Kekauan
sendi pinggul
|
Pembentukan osteofit pada sendi lutut
|
Kontraktur dan instabilitas ksendi pinggul
|
Pelunakan dan iregulasi sendi pinggul
|
Osteoarthritis
pinggul
|
Perubahan membrane synovial pada sendi pinggul
|
Peningkatan vaskularisasi sendi pinggul
|
Kerusakan struktur prosteglikan kartilago sendi pinggul
|
Multifaktor
yang menyebabkan terjadinya gangguan hemoestasis metabolisme kartilago pada
sendi pinggul
|
Peningkatan beban sendi pinggul
|
Tindakan pembedahan artrodesis / artroplasti
|
Port de
entree
|
Respons
psikologis
|
Resiko tinggi infeksi
|
Ansietas
|
Kartilago kepala femur dan perubahan degenerative asetubulum
terjadi akibat pembebanan yang berlebihan. Oleh sebab itu jika varus
berlangsung lama, perubahan sangat nyata pada perubahan kompartement medial. Tanda
fibrilasi kartilago yang khas, sklerosis tulang subkondral,dan pembentukan
osteofit subkondral, dan pembentukan osteofit perifer, biasanya timbul pada
kasus yang parah, permukaan sendi dapat kehilangan kartilago sama sekali dan
tulang yang mendasari pada akhirnya dapat remuk.
3.
Manifestasi
Klinis
Rasa sakit,
pembengkakan sendi dan kekakuan merupakan gejala yang paling banyak terjadi
pada osteoarthritis. Rasa sakit biasanya digambarkan sebagai rasa sakit yang berat saat mengangkat atau
menahan beban. Rasa sakit tersebut akan membatasi mobilitas pasien. Kekakuan
tersebut bersifat sementara hanya selama 15-30 menit. Pembengkakan sendi dan
kelainan bentuk biasanya berasal dari perkembangannya nodus Hebeden (proliferasi
tulang pada sendi interphalengal distal) dan nodus Bouchard (kelainan bebtuk
yang sama pada persendian interphalangeal proximal). Dalam perkembangannya
terjadi pengecilan oyot dan spasmus otot. Banyak pasien mengalami banyak sendi
yang menderita sakit ini sehingga mengeluh nyeri yang menetap.
II.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Jika ada penyebab dasar
osteoarthritis, pada pengkajian sering ditemukan pada klien berusia 30-an atau
40-an tahun, wanita biasanya lebih sering terkena dari pada pria, pinggul dapat
menjadi satu-satunya sendi yang terkena dan sering dijumpai subluksasi lateral.
Jika tidak ada penyeban dasar yang jelas, klien lebih sering berusia 60 atau
70-an tahun, kebanyakan wanita, dan daerah yang lain (lutut dan spinal) juga
terkena.
Perubahan gaya
berjalan, pada pengkajian look klien terlihat sedikit pincang yang diketahui
secara dini, klien mengira kakinya menjadi lebih pendek, dan apabila berjalan
terlihat lebih suka menggunakan alat bantu tongkat merupakan kondisi klinis
yang sering ditemukan pada klien osteoarthritis sendi panggul.
1. Pengkajian
fokus (ESTI)
a. Look
Nyeri lipat paha.Nyeri
terasa pada lipat paha, tetapi dapat menjalar ke lutut.Secara khas nyeri ini
terjadi setelah melakukan aktivitas, tetapi kemudian lebih menetap dan
mengganggu tidur.Kekakuan pada mulanya diketahui terutama setelah istrahat,
kemudian semakin lama semakin progresif hingga sulit untuk memakai kaos kaki
dan sepatu.Pembesaran sendi pinggul (derfomitas). Perubahan ini dapat timbul
karena kontraktur sendi lama, perubahan permukaan sendi, perubahan gaya
berdiri, dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
b. Feel
Tanda peradangan pada
sendi pinggul (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) mungkin dujumpai pada OA karena adanya synovitis.
c. Move
Hambatan gerakan sendi
pinggul.Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Gerakan akan terbatas meskipun sering
tidak terasa nyeri dalam rentang yang terbatas, rotasi internal, abduksi, dan
ekstensi biasanya terkena lebih dahulu dan paling parah.
2. Pemeriksaan
diagnostic
a.
Pemeriksaan laboratorium laju endap
darah biasanya normal, kolesterol serum sedikit meninggi, dan pemeriksaan
faktor reumatoid negative.
b.
Pemeriksaan sinar-x, dapat dilakukan
setiap saat untuk memantau aktivitas dan progresivitas penyakit. Foto rensen
yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan
menyempitnya rongga sendi pinggul. Pemeriksaan sinar-x dapat pula menunjukkan
abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal, dan
osteopenia (mineralisasi tualang yang menurun). Pemeriksaan radiologi dilakukan
dengan foto polos. Gambaran yang khas pada foto polos:
a)
Penyempitan ruang sendi karena hilangnya
tulang rawan sendi.
b)
Sklerosis tulang subkondral.
c)
Kista tulang pada permukaan sendi
terutama subkondral.
d)
Osteofit pada tepi sendi.
2.
Penatalaksanaan medis
a.
Konservatif :
a)
Obat
analgesic dan obat antiradang dapat bermanfaat, dan penghangatan terasa
nyaman.
b)
Klien dianjurkan menggunakan tongkat dan
memcoba mempertahankan kemampuan gerak dan stabilitas dengan latihan tanpa
beban.
c)
Pada kasus dini, fisioterapi (termasuk
manipulasi) dapat membebaskan nyeri untuk waktu yang lama. Aktifitas diatur
supaya dapat mengurangi tekanan pada pinggul stabil.
b.
Apley (1995), indikasi untuk operasi :
a)
Semakin meningkatnya nyeri.
b)
Restrikasi aktivitas yang progresif.
c)
Deformitas yang jelas.
d)
Semakin hilangnya gerakan ( terutama
abduksi).
e)
Tanda –tanda destruksi sendi pada
sinar-x.
Pada kasus biasa, yaitu klien berusia
lebih dari 60 tahun dengan riwayat nyeri yang lama dan ketidakmampuan yang
semakin meningkat, operasi yang dianjurkan adalah penggantian sendi total.Pada
klien yang berusia antara 40 dan 60 tahun, operasi ini masih dapat menjadi
operasi yang terbaik jika kerusakan sendi parah.Pada klien yang lebih muda,
terutama yang kartilago artikularnya masih tersisa, asteotomi penyusunan ulang
intertrokanterik dapat dipertimbangkan. Jika dilakukan secara dini, cara ini
dapat menahan atau menunda destruksi kartilago lebih lanjut, dan jika terencana
dengan baik, operasi ini tidak menghalangi artroplasti penggantian yang
dilakukan belakangan.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diangnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada klien osteoarthritis pinggul.meliputi:
1.
Nyeri yang berhubungan dengan respon
inflamasi sendi pinggul kompresi saraf, kerusakan neuromuscular pasca-bedah.
2.
Risiko tinggi trauma yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menggerakkan sendi pinggul, penurunan kekuatan otot,
pasca-antroplasti atau arthrodesis, dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang
adekuat.
3.
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menggerakan sendi pinggul sekunder akibat kerusakan
kartilago sendi di lutut.
4.
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan
dengan port de entrée luka pasca-bedah.
5.
Ansietas yang berhubungan dengan rencana
pembedahan, kondisi sakit, perubahan peran keluarga, kondisi status
sosioekonomi.
C.
Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri yang berhubungan dengan respon
inflamasi local, kompresi saraf, penarikan ligament, dan kontraksi otot.
Tujuan:
Dalam waktu 1x24 jam, nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria:
Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak
gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi
Mandiri:
a.
Kaji nyeri dengan skala 0-4
b.
Atur posisi imobilisasi dan pembebatan
sendi lulut dengan perban elstistin.
c.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam ketika nyeri muncul.
d.
Ajarkan teknik distraksi pada saat
nyeri.
e.
Kolaborasi: pemberian analgesik, anti
inflamasi, dan sinar intra merah.
f.
Pembedahan artoplasti atau artodesis.
Rasional :
a.
Nyeri merupakan respon subyektif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di
atas tingkat cedera.
b.
Imobilasi yang adekuat dapat mengurangi
penarikandan kontraksi otot yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada lutut.
c.
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia.
d.
Distraksi (penglihatan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatkan produksi endorphin
dan enkefalin yang dapat memblok resptor nyeri agar tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
e.
Analgesic memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang. Anti inflamasi menurunkan respon peradangan.
Penghangatan dapat meningkatkan vasodilatasi sehingga dapat menurunkan respon
nyeri.
f.
Fugi pinggul dijamin dapat membebaskan
nyeri dan memberikan stabilitas pada sendi pinggul. penggantian pinggul total
dapat menghilangkan respons komresi saraf skiatika sehingga dapat menurunkan
respons nyeri.
2.
Resiko tinggi yang berhubungan dengan
cedera neuomuskular pasca-bedah arthrodesis, artroplasti, ketidaktahuan cara
mobilisasi yang optimal.
Tujuan
: Dalam waktu 3x24 jam, resiko trauma tidakl terjadi.
Kriteria
hasil: Klien mau berpatisipasi dalam pencegahan trauma.
Intervensi
Mandiri
:
a.
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi
sesuai indikasi.
b.
Gunakan pagar tempat tidur.
c.
Ajarkan mobilisasi dini.
d.
Lakukan perawatan luka pada pasca-bedah
arthrodesis, artroplasti.
e.
Atur telapak kaki dalam posisi menghadap
ke atas.
f.
Kolaborasi pemberian obat antibiotic
pasca-bedah.
g.
Evaluasi tanda dan gejala perluasan
cedera jaringan.
Rasional
:
a.
Meminimalkan rangsang nyeri akibat
gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak sekitarnya.
b.
Mencegah klien jatuh.
c.
Mobilisasi dini dilakukan pada hari
kedua pasca-bedah. Klien dibantu untuk melakukan duduk dan melatih otot dan
rentang pergerakan sendi pada ekstremitas bawah. Pada hari ketiga, klien
dibantu untuk berdiri dan berjalan dengan menggunakan alat bantu tongkat. Pada
kondisi ini, perawat sebelumnya mempraktikkan teknik berjalan dengan tongkat
dan tidak menggunakan ekstrimitas pada sisi yang sakit. Apabila klien susah
lelah atau mengalami nyeri ringan, dilakuan periode istrahat.
d.
Perawatan luka steril dengan desifekasi
iodin providum dapat menghapuskan area sekitar kawat dan dapat mengurangi
infeksi.
e.
Menghindari resiko footdrop akibat
kontraktur sendi yang selalu melakukan ekstensi.
f.
Antibiotic bersifat bakteriosida atau
bakteriostatik untuk membunuh atau menghambat perkembangan kuman.
g.
Menilai perkembangan maslah klien.
3.
Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kerusakan kartilago sendi pinggul.
Tujuan
: Dalam waktu 3x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria
hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunujukan tindakan untuk
menungkatkan mobilitas.
Intervensi
Mandiri
:
a.
Kaji mobilitas yang ada dan obsevasi
peningkatan teratur fungsi motoric.
b.
Atur posisi mobilisasi pada lulut.
c.
Beri alat bantu tongkat.
d.
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri sesuai toleransi.
Kolaborasi :
1)
Anti inflamasi.
2)
Sinar intramerah.
3)
Bedah ostetomi.
4)
Bedah arthrodesis.
5)
Bedah artrolasti.
Rasional:
a.
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas.
b.
Imobilisasi yang adekuat dapat
mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri
pada lulut.
c.
Alat bantu tongkat dapat membantu klien
dalam melakukan mobilisasi.
d.
Untuk memelihara fleksibilitas sendi
sesuai kemampuan.
Kolaborasi:
1)
Penurunan respon inflamasi dapat
meningkatkan mobilisasi sendi pinggul.
2)
Penghangatan dengan sinar intramerah
dapat menurunkan respons inflamasi dengan meningkatnya vaskularisasi pada sendi
pinggul.
3)
Osteotomi penyetelan kembali sering
berhasil dalam menyembuhkan gejala dan menghindari perlunya operasi tahap
akhir. Indikasi idealnya adalah klien muda (kurang dari 50 tahun) dengan
osteoartitis yang terbatas.
4)
Fusi pinggul dijamin dapat memberikan
stabilitas pada sendi pinggul sehingga dapat meningkatkan mobilisasi sendi
pinggul.
5)
Artroplasti penggantian diindikasiksn
pada klien yang lebih tua dengan kerusakan sendi progresif. Penggantian pinggul
total dapat menghilangkan respons kompresi saraf skiatika sehingga dapat
menurukan respons nyeri.
Daftar
Pustaka
Arif
Muttaqin. 2012. Buku Saku Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Reeves,
Charlene J. 2001.Keperawatan Medika Bedah.
Jakarta : Salemba Medika.
Suntum.
2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC